ARTIKEL | BAGAIMANA MEMILIH PEMIMPIN MENURUT ISLAM
Bagaimana Memilih Pemimpin Menurut Islam
Dalam pemilihan seorang pemimpin atau khalifah, ada tiga golongan
manusia yang terlibat:
1. Calon pemimpin yang memenuhi syarat
2. Anggota pemilih yang disebut ‘Ahl al-Hal wa al-‘Aqd‘
3. Serta orang Muslim kebanyakan
Syarat-syarat menjadi anggota ‘Ahl al-Hal wa al-‘Aqd’ agar
layak memilih pemimpin adalah :
1. Adil, sebagaimana sifat adil yang diperlukan pada pemimpin.
2. Berilmu, yaitu memiliki ilmu yang membuatnya mampu menilai calon
yang layak memegang jawatan.
3. Bijaksana, iaitu mampu memilih calon yang terbaik untuk
kebaikan dan kemaslahatan umat.
Tugas anggota ‘Ahl al-Hal wa al-‘Aqd’
adalah memilih dan menentukan calon yang layak untuk memegang jawatan. Para
ulama berbeza pendapat mengenai jumlah anggota pemilih tersebut. Tidak sah
menjadi calon pemimpin apabila tidak disetujui oleh semua anggota pemilih dari
setiap orang yang layak. Alasannya supaya persetujuan tersebut berlaku secara
keseluruhan dan penyerahan kekuasaan kepada calon pemimpin tersebut berlaku
secara ijmak.
Namun pendapat ini bertentangan dengan
situasi pemilihan Khalifah Abu Bakar Radhiallahuanhu, di mana beliau telah
dipilih oleh anggota yang hadir saja. Jumlah minimum anggota pemilih adalah lima
orang dan semuanya setuju dengan pemilihan tersebut. Atau hanya seorang saja
yang membuat pilihan, sedangkan yang lainnya tinggal bersetuju dengan pilihan
orang pertama. Pemilihan dilakukan oleh tiga anggota saja, di mana seorang akan
memilih dan yang lainnya tinggal menyetujui saja. Mereka dianggap sebagai
seorang Hakim dan dua orang saksi. Ada juga pendapat yang mengatakan bahwa
pemilihan calon khalifah cukup dibuat oleh satu orang saja.Setelah anggota
pemilihan memilih calon-calon pemimpin, maka diperlukan persetujuan terbuka
dari majoriti umat. Kalau ini tidak dilakukan maka akan menyebabkan kekacauan
dalam masyarakat.
Peralihan Kepemimpinan - Pemilihan pemimpin negara Islam tidak
selamanya melalui pemilihan umum seperti yang telah dijelaskan di atas.
Peralihan pemimpin negara akan terjadi dengan :
Kedua, peralihan kekuasaan dalam bentuk
warisan apabila terjadi dalam negara yang berbentuk kerajaan. Pemindahan
kekuasaan dengan cara ini dinggap sah oleh para ulama. Contohnya apa yang
terjadi di negara Arab Saudi atau Brunai Darussalam. Masalah rakyat akan makmur
dengan cara ini, itu cerita lain. Kalau kebetulan rajanya adil, maka rakyatnya
menjadi senang. Sebaliknya kalau rajanya zalim, maka rakyat tidak mampu berkata
apa-apa.
Ketiga, apabila kekuasaan negara dipegang
oleh orang yang memiliki kekuatan dan fasiq sehingga mengangkat dirinya sebagai
ketua negara. Menurut Abu Ya’ala al-Fara, pemimpin tersebut adalah sah tapi
dikira sebagai keadaan darurat. Menurut Imam al-Ghazali, barang siapa yang
melantiknya, maka pemerintahannya adalah sah, sebagaimana sahnya pemerintahan
orang yang zalim (bughah). Keadaan tersebut terjadi apabila negara diambil alih
oleh seseorang yang mempunyai kekuatan yang sangat besar, misalnya mampu
mengendalikan tentera di negara tersebut. Jadi apabila orang tersebut
mengangkat dirinya sebagai pemimpin, maka pemerintahannya adalah sah, walaupun
pemerintahan yang terbentuk adalah pemerintahan yang zalim dan fasiq. Kalau
ingin menggantikan diktator tersebut, pastikan supaya memiliki kekuatan yang
memadai. Kalau tidak, proses penggantian dikator yang gagal ini juga akan
merugikan masyarakat awam.
Akhir sekali, sesi pengundian akan
dilansungkan pada hari yang akan dimaklumkan yang mana semua ahli KPIPM yang
layak mengundi akan menyuarakan dan memilih calon yang dirasai sesuai dan layak
untuk menduduki tampuk kepimpinan KPIPM sesi akan datang.
Kami pihak Jawatankuasa Khas Pilihanraya KPIPM
sesi 2014/2015 berharap agar semua ahli dapat menggunakan peluang yang ada ini
dengan sebaiknya.
"ADIL, CEKAP, AMANAH"
Hakim Fathi bin Hamzah
Setiausaha
AJK Khas Pilihanraya KPIPM sesi 2014/2015
Ulasan
Catat Ulasan